Minggu, 07 April 2013

Fungsi Pengendalian : Proses Pengontrolan



BAB I
PENDAHULUAN

1.      Latar belakang
Di dalam suatu perusahaan, terdapat berbagai macam fungsi yang bergerak dalam bidangnya masing-masing. Salah satunya adalah fungsi pengendalian : fungsi pengawasan. Pengawasan sangat penting di dalam suatu perusahaan. Karena pengaruhnya sangat besar terhadap kinerja suatu perusahaan tersebut. Fungsinya adalah untuk megontrol jalannya kinerja suatu perusahaan. Yang dikontrol meliputi kartu nilai seimbang, perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif internal, dan perspektif inovasi dan pengetahuan.
Jadi, fungsi pengendalian ini harus dimiliki setiap perusahaan yang ada di dunia agar perusahaannya tetap  berada di jalur yang benar dan tetap memperoleh keuntungan yang ditargetkan. Maka dari itu setiap mahasiswa harus mengetahui apa yang dimaksud dengan fungsi pengawasan dan apa saja yang ada di dalamnya.

2.      Rumusan masalah
a)      Apa yang dimaksud dengan fungsi pengawasan ?
b)      Bagaimana proses pengawasan tersebut ?
c)      Apa saja metode-metode pengawasan ?
d)     Apa saja yang akan diawasi ?

3.      Tujuan
a)      Agar mahasiswa mengetahui pengertian fungsi pengawasan.
b)      Agar mahasiswa mengetahui proses-proses pengawasan.
c)      Agar mahasiswa mengetahui metode-metode pengawasan.
d)     Agar mahasiswa mengetahui apa saja yang harus diawasi.
BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN

1.      Pengertian pengawasan
Pengawasan merupakan proses umum dari standar baku dalam mencapai tujuan organisasi, membandingkan pelaksanaan yang sebenarnya dengan standar-standar tersebut, kemudian apabila diperlukan, mengambil tindakan perbaikan untuk mengembalikan kinerja kepada standar-standar tersebut.
Pengontrolan dicapai ketika prosedur perilaku dan pekerjaan disesuaikan dengan standar yang ada dan tujuan perusahaan dapat dipenuhi. Setelah pemboman terjadi, pengontrolan diperketat karena pihak-pihak yang berwenang berusaha menjamin keamann individu dengan memastikan bahwa prosedur keamanan telah ditaati.[1]

2.      Proses  pengawasan
Dasar proses-proses pengawasan adalah mulai dengan menentukan standar-standar pelaksanaan yang jelas, melibatkan suatu perbandingan pretasi nyata dengan prestasi yang di inginkan, mengambil ketindakan perbaikan jika di perlukan untuk memperbaiki kekurangan dalam pelampiasan, merupakan proses yang dinamis yang terdiri dari 3 metode dasar: mengontrolan berdasarkan umpan balik yang terjadi persamaan dan pengontrolan sebelum terjadi.

2.1  Standar-standar
Proses pengontrolan dimulai ketika para manajer menentukan tujuan seperti, meningkatkan kepuasan pelanggan menjadi 90 per atau meningkatkan penjualan sampai 5 per. Perusahan kemudian mengkhususkan standar pelaksanaan yang harus dipenuhi untuk mencapai tujuan tersebut. Standart adalah merupakan dasar perbandingan untuk mengukur tingkat pelaksanaan organisasi dengan memuaskan atau tidak memuaskan.
            Perusahaan perusahaan juga menentukan standar-standar dengan mendengarkan keluhan pelanggan atau dengan mengamati perilaku pesaing. Langkah pertama cara menentukan standar adalah dengan menentukan apa yang akan di bandingkan. Perusahaan dapat membandingkan apa saja, mulai dari siklus waktu sampai kwalitas. Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi perusahaan- perusahaan yang akan di bandingkan dengan standar- standar yang anda miliki. Langkah terakhir adalah dengan mengunpulkan data untuk menentukan standar- standar pelaksanaan dari perusahaan lain.
2.2 Perbandingan standar
Langkah proses pengontrolan berikutnya adalah membandingkan prestasi actual dengan standar- standar prestasi. Kwalitas perbandingan sangat tergatung pada system pengukuran dan system informasi yang digunakan perusahaan untuk tetap mengikuti jalur prestasi. Semakin baik sistemnya, semakin mudah bagi perusahaan untuk melacak kemajuan dan mengidentifikasi masalah yang perlu di perbaiki.
2.3 Tindakan perbaikan
            Langkah berikutnya dalam proses pengontrolan adalah mengidentifikasikan menyimpangan prestasi, menganalisisnya, kemudian mengembangkan dan melaksanakan progam- progam untuk memperbaikinya secara teratur  kinerja yang sering mendapat penghargaan akan membuat karyawan dan manajer mengikuti alur prestasi untuk kemudian menyesuaikanya pada usaha, pengarahan, dan strategi. Salah satu contoh dalam mengidentifikasi dan memperbaiki penyimpangan prestasi adalah dengan mengaudit mutu pelayanan.
2.4 Proses dinamis
            Pengontrolan merupakan proses yang dinamis dan berkesinambungan hal itu di mulai dengan prestasi nyata dan mengukur prestasi tersebut. Kemudian manajer membandingkan prestasi dengan standar- standar yang akan di tentukan. Jika mereka mengidentifikasikan adanya penyimpangan dari standar prestasi mereka menganalisis penyimpangan tersebut dan menentukan progam perbaikan. Lalu melaksanakan progamnya (diharapkan untuk mencapai prestasi yang di inginkan). Untuk mempertahankan tingkan prestasi tetap pada standarnya, manajer harus mengulang kembali proses keseluruhan secara terus menerus seperti putaran tanpa akhir. Jadi pengendalian bukanlah suatu kerja atau hasil sekali saja. Hal itu berlangsung berulang kali (dalam proses yang dinamis) dan memerlukan perhatian seorang manajer dari hari ke hari, minggu ke minggu, bahkan bulanan.
2.5 Pengontrolan umpan balik, yang terjadi bersamaan dan pengontrolan sebelum terjadi
            Ada 3 metode dasar pengontrolan yaitu pengontrolan umpan balik, pengontrolan yang terjadi bersamaan dan pengontrolan sebelum terjadi. Pengontrolan umpan balik adalah mekanisme pengumpulan informasi tentang ketidak sempurnaan prestasi setelah terjadi. Informasi ini selanjutnya digunakan untuk memperbaiki atau mencegah ketidak sempurnaan prestasi berikutnya.
Pengendalian yang terjadi secara bersamaan merupakan suatu mekanisme untuk mengumpulkan informasi mengenai kekurangan prestasi pada saat terjadinya. Lagi pula, pengendalian ini merupakan peningkatan atas umpan balik, karena berusaha menghilangkan atau mempersingkat kelambanan antara hasil dan umpan baliknya tentang kinerja.
Pengendalian sebelum terjadi merupakan suatu mekanisme untuk mengumpulkan informasi mengenai kakurangan-kekurangan dari kinerja sebelum hal itu terjadi. Kebalikan dari pengontrolan umpan balik dan pngontrolan yang sedang terjadi, yang member umpan balik atas dasar keluaran dan hasil, pengendalian sebelum terjadi menyediakan informasi mengenai kekurangan pada kinerja dengan memonitor input bukan output.[2]

3.      Metode-metode pengawasan
Terdapat lima metode yang berbeda yang dapat digunakan oleh manajer untuk mencapai control dalam organisasi mereka yaitu pengontrolan birokrasi, pengontrolan tujuan, pengontrolan normative, pengontrolan konsertif, dan pengendalian diri.

3.1  Pengontrolan birokrasi
Adalah pengontrolan dari atas ke bawah, dimana manajer berusaha untuk mempengaruhi perilaku karyawan dengan member penghargaan atau hukuman bagi karyawan atas kepatuhan atau ketidak patuhan pada kebijakan, peraturan, dan prosedur organisasi. Banyak karyawan beranggapan bahwa manajer birokrasi menekankan lebih pada penghukuman karena ketidak patuhan dibanding penghargaan karena kepatuhan.
Karakter lain dari pengontrolan birokratis perusahaan adalah bahwa sehubungan dengan pengambilan keputusan yang didorong oleh kebijakan dan peraturan, perusahaan-perusahaan tersebut sangat bertentangan kepada perubahan dan kelambatan dalam menanggapi pelanggan dan perusahaan competitor.

3.2  Pengontrolan objektif
      Pada banyak perusahaan, pengontrolan birokratis berkembang menjadi pengontrolan objektif (tujuan) yang merupakan penggunaan hasil observasi tentang perilaku atau keluaran karyawan untuk menilai prestasi dan mempengaruhi perilaku. Pengontrolan objektif berbeda dengan pengontrolan birokratis dimana manajer lebih berfokus pada observasi atau pengukuran perilaku atau prestasi karyawan dibanding berfokus pada kebijakan dan peraturan.
      Pengontrolan perilaku adalah peraturan atas perilaku dan tindakan saat karyawan melaksanakan pekerjaannya. Asumsi dasar pengontrolan perilaku adalah bahwa jika anda melakukan hal-hal yang benar (yaitu perilaku yang benar) setiap hari, maka hal-hal tersebut akan mengarah pada pada pencapaian tujuan. Namun, pengontrolan perilaku masih berdasarkan pada manajemen, yang berarti bahwa manajer bertanggung jawab untuk memonitor, member penghargaan, atau menghukum karyawan untuk memperlihatkan perilaku yang diharapkan atau tidak.
      Selain mengukur apa yang manajer dan karyawan lakukan, pengontrolan output mengukur hasil-hasil dari usaha mereka. Sementara pengontrolan perilaku mengatur, memimpin dan mengukur bagaimana perilaku karyawan atas pekerjaan, pengontrolan output memberikan kebebasan kepada manajer dan karyawan untuk berkelakuan sepantasnya sepanjang hal itu mengarah kepada pencapaian hasil yang khusus dan dapat diukur. Pengontrolan output sering dirangkaikan dengan penghargaan dan intensif. Namun, tiga hal tersebut harus terjadi untuk pengontrolan output dan penghargaan agar mengarah kepada peningkatan hasil usaha.
      Pertama, pengontrolan output harus dapat diandalkan, adil, dan akurat. Kedua, karyawan dan manajer harus yakin bahwa mereka dapat memberikan hasil yang diharapakan. Ketiga, penghargaan dan insentif yang berkaitan dengan ukuran-ukuran pengontrolan prestasi, harus benar-benar bergantung pada pencapaian standar-standar prestasi yang sudah ditentukan.

3.3  Pengontrolan normative
      Selain memonitor peraturan-peraturan, perilaku, atau prestasi, cara lain untuk melakukan control apa yang sedang terjadi dalam satu organisasi adalah dengan membentuk keyakinan dan nilai-nilai dari orang-orang yang bekerja disana melalui pengontrolan normative. Dengan pengontrolan normative, sebuah perusahaan dapat secara luas membagikan nilai-nilai dan keyakinan pedoman perilaku dan keputusan karyawan.
      Pengontrolan normative dibagi dalam dua cara. Pertaa, perusahaan-perusahaan yang menggunakan pengontrolan ini sangat berhati-hati dalam menerima orang-orang yang akan bekerja untuk mereka. Sementara perusahaan lain menyaring calon pegawai hanya berdasarkan kemampuan, sebaliknya perusahaan yang menggunakan pengontrolan normative menyaring calon pegawai berdasarkan sikap dan nilai-nilainya. Kedua, dengan pengontrolan normative, manajer dan pegawai mempelajari apa yang boleh dan yang tidak boleh mereka lakukan dengan cara mengamati pengalaman para pegawai dan mendengarkan cerita-cerita yang dikatakan pelanggan tentang perusahaan.

3.4  Pengontrolan konsertif
      Sementara pengontrolan normative didasrkan atas keyakinan yang kuat, dibagikan secara luas keseluruh perusahaan, pengontrolan konsertif didasarkan kepada keyakinan yang dibentuk dan dirundingkan oleh kelompok-kelompok kerja. Jadi, sementara pengontrolan normative didorong oleh budaya organisasi yang kuat, pengontrolan konsertif biasanya muncul saat perusahaan memberikan otonomi kepada kelompok kerja untuk bertanggung jawab penuh dalam menyelesaikan tugasnya. Kelompok kerja otonom merupakan kelompok yang beroperasi tanpa manajer dan bertanggung jawab penuh untuk mengontrol proses, hasil, dan perilaku kelompok kerjanya sendiri. Kelompok ini melakukan sendiri hal-hal seperti mempekerjakan, memberhentikan, disiplin pegawai, jadwal kerja, pemesan bahan-bahan, penyusunan dan rapat-rapat anggaran, dan pengambilan keputusan.
      Pengontrolan konsertif tidak dibentuk dalam satu malam. Kelompok kerja otonom berkembang melalui dua fase ketika mengembangkan pengontrolan konsertif. Pada fase pertama, anggota kelompok kerja otonom belajar untuk saling bekerja sama, saling mensupervisi pekerjaan, dan mengembangkan nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan yang akan menuntun dan mengontrol perilaku mereka. Fase kedua dalam pengembangan pengontrola konsertif adalah kemunculan dan formaliasasi aturan-aturan yang objektif untuk menuntun dan mengontrol perilaku.
      Ironisnya, pengontrolan konsertif dapat lebih menekan pegawai untuk memenuhi harapan-harapan dibandingkan pengontrolan birokratis.dibawah pengontrolan birokratis kebanyakan pegawai hanya khawatir tentang bagaiman menyenangkan atasan. Akan tetapi, dalam pengontrolan konsertif, mereka harus menjaga seluruh anggota tim merasa puas atas perilaku mereka.

3.5  Pengontrolan diri
      Disebut juga manajemen diri, merupakan system pengontrolan dimana manajer dan karyawan mengontrol perilaku mereka sendiri. Bagaimanapun, pengontrolan diri bukan berarti kebebasan dimana setiap orang boleh melakukan apa yang diinginkan. Dalam pengontrolan diri atau manajemen diri, pemimpin dan manajer menyediakan batasan-batasan yang jelas bagi karyawannya sehingga mereka dapat menuntun dan mengontrol tujuan dan perilaku sendiri. Pemimpin dan manajer juga mendukung pengontrolan diri dengan mengajarkan kepada yang lain keahlian yang dibutuhkan untuk memaksimalkan dan memonitor efektivitas pekerjaan mereka sendiri. Sebaliknya, individu-individu yang mengatur dan memimpin diri mereka membangun pengontrolan diri dengan cara menentukan tujuan mereka sendiri, mengontrol kemajuan mereka sendiri, memberi penghargaan, atau menghukum diri mereka sendiri apabila tujuan tercapai atau tidak,dan membentuk pola pikir positif yang mengingatkan mereka akan kepentingan tujuan dan kemampuan mereka untuk mewujudkannya.[3]

4.      Apa yang akan dikontrol
1.      Kartu nilai seimbang
                 Pada bagian besar perusahaan, kinerja di ukur dengan menggunakan ukuran standar keuangan dan akutansi. Seperti pengembalian modal, pengembalian asset, pengembalian investasi, arus kas, pendapatan bersih, keuangan bersih, dan lain-lain.
     Kartu nilai seimbang mendorong manajer untuk melihat melebihi ukuran keuangan tradisional ke empat persepektif yang berbeda atas prestasi perusahaan. Bagaimana pelanggan melihat kita? Kita harus unggul dalam hal apa? Dapatkah kita terus memperbaiki dan menciptakan nilai? Bagaimana kita memandang para pemegam saham.
     Kartu nilai seimbang memiliki beberapa keunggulan di atas proses pengontrolan tradisional yang hanya bergantung pada ukuran keuangan pertama, hal itu mendorong manajer pada setiap tingkatan di perusahaan untuk menyusun tujuan khusus dan ukuran kinerja di ke-empat area, keunggulan kedua adalah dalam pengontrolan adalah dapat meminimalisi kemungkinan hasil kurang optimal.
       Kartu nilai seimbang di bagi menjai 4 yaitu:
4.1.1        mengontrol nilai tambah ekonomi
      pendekatan tradisional untuk mengontrol prestasi keuangan berfokus pada pengukuran seperti rasio analisis keuangan, arus kas, anggaran modal, neraca, dan laporan laba/rugi.

      Nilai tambah ekonomi sangat mudah di mengerti oleh manajer dan karyawan. Itu adalah jumlah di mana keuntungan (setelah biaya) melebihi biaya modal yang di keluarkan dalam tahun yang bersangkutan. Hal ini di dasarkan pada pemikiran sederhana, bahwa modal di butuhkan untuk menjalankan bisnis, dan modal datang dengan biaya.
      Biaya modal paling umum adalah bunga yang di bayar untuk pinjaman jangka panjang yang di gunakan untuk membeli semua sumber daya, bunga yang di pegang pada pemegang surat berharga (yang meminjamkan uang pada organisasi), dan dividen (pembayaran tunai) dan petumbuhan nilai saham yang di miliki oleh pemegang saham. Mengontrol nilai tambah ekonomi adalah positif apabila keuntungan perusahaan (pendapatan dikurangi pengeluaran dikurangi pajak) melebihi biaya modal dalam tahun tersebut.
4.1.2        pengontrolan keluhan pelanggan
4.1.3        mengontrol kualitas
      kualitas ditentukan dan di ukur secara khusus dalam 3 cara: keahlian, nilai dan sesuai dengan harapan. Apabila perusahaan menetapkan bahwa tujuan kualitas sebagai keunggulan, kemudian manajer harus mencoba untuk mengsasilkan produk atau jasa yang tidak melampaui prestasi dan hasil.
      Nilai adalah persepsi pelanggan di mana kualitas produk adalah sangat baik untuk harga yang di tawarkan, dengan harga yang lebih tinggi, contohnya pelanggan merasa nilai produk berkurang.apabila sebuah perusahaan menetapkan nilai sebagai tujuan kualitasnya, manajer harus terus menerusmengontrol, keunggulan, harga, kekuatan atau ciri-ciri lain dari produk atau jasa yang sangat menghubungkan pelangan dengan nilainya. Bila sebuah perusahaan mendefinisikan tujuan kualitasnya sebagai penyesuaian spesifikasi, pekerja harus mendasarkan keputusan dan tindakan pada apakah jasa dan produk diukur dengan standar spesifikasi. Berbeda dengan keunggulan dan definisi dasar kualitas yang dapat menjadi dua arti, mengukur apakah produk dan layanan” masuk dalam spesifikasi relative mudah

4.1.4        mengontrol limbah dan polusi
      bagian akhir dari kartu nilai seimbang adalah persepektif inovasi dan pengetahuan, menimbulkan pertanyaan, dapatkah kita harus memperbaiki dan menciptakan nilai?, jadi persepektif inovasi dan pengetahuan memusatkan perhatian pada pengembangan produk baru.ada empat tahap untuk meminimalisi limbah, dengan mencegah dan mengurangi limbah yang memproduksi minimalisasi terbesar limbah. Tahap puncak adalah penceggahan dan pengurangan limbah, di mana tujuanya adalah untuk mencegah limbah dan polusi sebelum terjadi, atau untuk menguranginya apabila terjadi, terdapat 3 startegi pencegahan yaitu:
·         pemeliharaan yang baik
·         bahan baku atau produk subsitusi
·         modifikasi proses
      tingkatan kedua dari minimalisasi pembuangan adalah mendaur ulang dan menggunakan kembali. Pada tingkatan ini, pembuangan di kurangi dengan menggunakan kembali bahan- bahan yang masih memungkinkan, atau dengan mengumpulkan bahan- bahan untuk di daur ulang.
      Tingkatan ketiga dari minimalisi pembuangan adalah pengolahan limbah, di mna perusahaan manggunakan bahan biologis, kimiawi, atau proses lain untuk mengubah potensi pembuangan berbahaya menjadi campuran yang tidak membahayakan atau digunakan untuk produk sampingan.
      Tingakatan terakhir dari minimalisasi pembuangan adalah pembuangan limbah, limbah yang tidak dapat di hindari, di daur ulang, di gunakan kembali, atau di olah harus di buang dengan aman ke lingkungan daratan yang aman yang dapat mencegahnya dari kebocoran dan kerusakan pada tanah dan persrediaan air tanah.



[1] Chuck Williams, manajemen, Salemba empat, Jakarta, 2001, hal 273.
[2] Chuck Williams, manajemen, Salemba empat, Jakarta, 2001, hal 274-279.
[3] Chuck Williams, manajemen, Salemba empat, Jakarta, 2001, hal 287-295.

0 komentar:

Posting Komentar